Bookmarks

Senin, 31 Oktober 2011

Hubungan Globalisasi dan Pembangunan Berkelanjutan

Hubungan Globalisasi dan Pembangunan Berkelanjutan
(Globalisasi versus Sustainable development)
By, Tumirah, ST

I. PENDAHULUAN
I.1. Fenomena dan Isu Globalisasi Versus Pembangunan Berkelanjutan

Persepsi dan respon masyarakat dunia terhadap permasalahan pembangunan dan lingkungan di era globalisasi senantiasa berkembang, sebelum konferensi Stockholm 1972, sebagian besar pemimpin dunia menganggap bahwa kerusakan lingkungan hidup adalah “ harga yang harus dibayar “ jika ingin melaksanakan pembangunan. Sejak pasca konferensi sampai decade 1980 an, persepsi semacam itu semakin pudar dan yang berkembang adalah bahwa antara pembangunan dan lingkungan sesungguhnya merupakan “ dua sisi mata uang yang sama. Decade 1980 an ini juga diwarnai dengan istilah pembangunan berwawasan lingkungan (PBL).
Mencuatnya masalah lingkungan dalam percaturan politik dunia diawali dai laporan Gro Bruntland yang berjudul Our Common future yang disampaikan ke Komisi Dunia untuk lingkungan dan pembangunan (World Commision on Environmentalvelopment = WECD), suatu komisi khusus yang dibentuk PBB untuk menelaah masalah-masalah lingkungan. Yang menonjol dalam laporan tersebut adalah ketegasannya untuk mengaitkan masalah lingkungan tidaklah bertentangan dengan pembangunan dan ekonomi dunia bahkan pembangunan dibutuhkan untuk mengatasi masalah lingkungan, khususnya di negara-negara sedang berkembang. Dalam laporan tersebut juga menunjukan bahwa tata ekonomi dunia sekarang merupakan salah satu pnyebab utama kerusakan lingkungan. Misalnya, untuk membayar kembali hutangnya dan untuk meningktakan pembangunan, Negara-negra sedang berkembang terpaksa harus mengeksploitasi sumbet dayanya secara membabi buta sehingga akan semakin memperparah rusaknya lingkungan di Negara-negara tersebut. Sistem proteksionisme di Negara maju juga mempunyai dampak yang sama, karena mengakibatkan kerugian ekonomi yang besar pada negara-negara sedang berkembang. Dengan demikian, baik karena sifat masalah lingkungan yang global maupun karena keterkaitannya dengan ekonomi dunia yang telah mengalami globalisasi, masalah lingkungan kini bersifat global, seperti efek rumah kaca, hujan asam,dan penipisan lapisan ozon di stratosfer. Tak ada satu Negara di dunia yang dapat menangani masaah lingkungan sendirian tanpa campur tangan Negara lain, karena sfatnya yang global dan keterkaitannya pada perekonomian global.
Dalam konteks berkelanjutan, pembangunan harus memperhatikan aspek kelestarian lingkungan dan kelanggengan sumber daya sehingga kekayaan alam yang sebagian besar tidak terperbaharui dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin bukan hanya untuk saat ini tetapi juga untuk generasi yang akan dating. Dalam hal ini lingkungan menjadi isu penting dalam mengambil kebijaksanaan pembangunan dalam menghadapi era globalisasi dan perdagangan bebas.


I.2. Pengertian Globalisasi Dan Pembangunan Berkelanjutan
I.2.A. Globalisasi
Menurut asal katanya, kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Achmad Suparman menyatakan Globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekedar definisi kerja (working definition), sehingga bergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat.
Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuk yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama. Theodore Levitte merupakan orang yang pertama kali menggunakan istilah Globalisasi pada tahun 1985.
Scholte melihat bahwa ada beberapa definisi yang dimaksudkan orang dengan globalisasi:
Internasionalisasi: Globalisasi diartikan sebagai meningkatnya hubungan internasional. Dalam hal ini masing-masing negara tetap mempertahankan identitasnya masing-masing, namun menjadi semakin tergantung satu sama lain.
Liberalisasi: Globalisasi juga diartikan dengan semakin diturunkankan batas antar negara, misalnya hambatan tarif ekspor impor, lalu lintas devisa, maupun migrasi.
Universalisasi: Globalisasi juga digambarkan sebagai semakin tersebarnya hal material maupun imaterial ke seluruh dunia. Pengalaman di satu lokalitas dapat menjadi pengalaman seluruh dunia.
Westernisasi: Westernisasi adalah salah satu bentuk dari universalisasi dengan semakin menyebarnya pikiran dan budaya dari barat sehingga mengglobal.
Hubungan transplanetari dan suprateritorialitas: Arti kelima ini berbeda dengan keempat definisi di atas. Pada empat definisi pertama, masing-masing negara masih mempertahankan status ontologinya. Pada pengertian yang kelima, dunia global memiliki status ontologi sendiri, bukan sekadar gabungan negara-negara.


I.2.B. Pembangunan Berkelanjutan
Pembangunan Berkelanjutan adalah proses pembangunan (lahan, kota, bisnis, masyarakat, dsb) yang berprinsip "memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan" (menurut Brundtland Report dari PBB, 1987. Pembangunan berkelanjutan adalah terjemahan dari Bahasa Inggris, sustainable development. Salah satu faktor yang harus dihadapi untuk mencapai pembangunan berkelanjutan adalah bagaimana memperbaiki kehancuran lingkungan tanpa mengorbankan kebutuhan pembangunan ekonomi dan keadilan sosial.
Pembangunan berkelanjutan tidak saja berkonsentrasi pada isu-isu lingkungan. Lebih luas daripada itu, pembangunan berkelanjutan mencakup tiga lingkup kebijakan: pembangunan ekonomi, pembangunan sosial dan perlindungan lingkungan
Tiga pilar pembangunan berkelanjutan yang menyangkut aspek sosial termasuk di dalamnya menghapus kemiskinan, aspek lingkungan termasuk perlindungan dan konservasi sumber daya alam dan daya dukung lingkungan, serta pertumbuhan ekonomi yang semakin lebar jurang kesenjangannya antara negara maju dan negara berkembang menjadi dimensi dalam 100 point dokumen yang akan dinegosiasikan dalam Prep Com IV. Emil menambahkan, "Bagi perusahaan, dalam produksinya harus berlaku corporate responsibility and accountability yang juga memasukkan tiga hal tersebut."

II. PEMBAHASAN
Globalisasi bukan merupakan ancaman bagi pembangunan berkelanjutan tapi saling mendukung. Untuk terciptanya kondisi saling mendukung diperlukan adanya perubahan radikal pada kualitas pembangunan dan pola konsumsi dan produksi. Secara umum, industry dan setiap kegiatan industrialisasi harus dirangsang agar lebih efisien dalam penggunaan sumber daya, menghasilkan pencemaran dan limbah yang sedikit, lebih berdasar pada penggunaan sumber daya yang dapat pulih dan meminimalkan dampak negatifnya terhadap kkesehatan manusia dan lingkungan.

Tiga pilar pembangunan yang perlu diperhatikan dalam era globalisasi adalah sebagai berikut :
1. Aspek Sosial dan Budaya
Dalam hal ini masalah kemiskinan lebih dominan,Rumusan pembangunan berkelanjutan memuat dua konsep dasar. Pertama, konsep kebutuhan, khususnya kebutuhan kaum miskin sedunia terhadap siapa prioritas utama perlu diberikan. Kedua, gagasan keterbatasan yang bersumber pada keadaan teknologi dan organisasi social yang dihubungkan dengan kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan masa kini dan masa mendatang. Dengan demikian keprihatinan mengatasi kemiskinan dan ikhtiar menghadapi menanggapi keterbatasan akibat keadaan teknologi dan organisasi social menjadi latar belakang pembahasan masalah-masalah lingkungan dan pembangunan. Kemiskinan tidak mengenal batas Negara. Kemiskinan menjadi cirri pokok setiap Negara berkembang yang membuat semakin sulitnya masalah lingkungan tertanggulangi. Hal ini hanya dapat dipecahkan melalui proses pembangunan menurut pola berkelanjutan dan dilaksankan oleh seluruh bangsa di dunia yang meliputi Negara berkembang dan Negara maju.
2. Aspek lingkungan (Ekologi)
Pemabngunan yang diharapkan hendaknya pembangunan dengan konsep yang bijaksana, yang dengan tujuan meningkatkan kualitas lingkungan atau yang lenih dikenal dengan pembangunan berwawasan lingkungan dengan selalu memperhatikan kelestarian sumbaer daya alam dan daya dukung lingkungtan yang memadai. Menurut emil salim pembangunan berwawasan lingkungan merupakan upaya sadar dan berencana dalam menggunakan dan mengelola sumber daya alam secara bijaksana dalam pembangunan yang berkesinambungan untuk meningkatkan kualitas hidup.
3. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi antara Negara maju dan berkembang memberikan kontribusi terhadap kesenjangan masyarakat secara global yang berdampak pada “pembenaran” exploitasi sumber daya alam yang berlebihan.

III. KESIMPULAN DAN SARAN
III.1. KESIMPULAN

A. Globalisasi bukan merupakan ancaman bagi pembangunan berkelanjutan tapi saling mendukung untuk terciptanya pembangunan yang berwawasan lingkungan yang terarah ,terencana, dan berkesinambungan.
B. Bahwasannya pembangunan berkelanjutan dalam hubungannya dengan era globalisasi merupakan pembangunan yang berusaha memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan dating untuk memenuhi kebutuhan mereka, agar pembangunan dapat berkelanjutan tiga syarat pokok yang harus dipenuhi adalah :
1. Aspek Ekonomi
2. Sosial budaya
3. Lingkungan /Ekologi

III.2. SARAN
A. Untuk terciptanya kondisi saling mendukung antara globalisasi dan pembangunan yang berkelanjutan diperlukan perubahan pola konsumsi dan produksi, sebagi contoh perluanya penerapan Pajak & Bea masuk tersendiri bagi industry/pembangunan yang kurang ramah terhadap lingkungan serta sebaliknya.
B. Proyek pembangunan senantiasa dilengkapi dengan studi /telaah kelayakan
C. Peningkatan komitmen untuk mengatasi keterbatasan institusi dan SDM serta keterbatasan anggaran untuk mengawal pembangunan berkelanjutan di era globalisasi yang semakin menantang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar