Globalisasi komunikasi yang terjadi saat ini, memungkinkan bagi siapapun, dimanapun, kapanpun untuk mengakses informasi yang ada. Dalam kaitannya dengan hubungan internasional, hal ini jelas sangat berpengaruh pada peran negara. Kemudahan akses ini menjadikan negara susah untuk membendung segala informasi yang ada, dan akhirnya melemahkan posisi negara.
Contoh yang terjadi pada Zionis Israel, disebabkan oleh pernyataan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad pada tahun 2005 yang diekspos besar- besaran oleh media dari seluruh dunia. Ahmadinejad memberikan peryataan kontroversial dengan mengatakan “Israel must be wiped off the map.” Pernyataan ini diungkapkan dalam pidatonya pada acara Konferensi Dunia Tanpa Zionisme. Dalam acara tersebut, Ahmadinejad juga menyatakan keraguannya pada Holocaust atau pembantaian massal yang terjadi pada kaum Yahudi di masa Perang Dunia II. Pembicaraan tentang Holocaust ini merupakan hal yang dianggap tabu dan sangat sensitif bagi dunia barat.
Dengan peryataannya ini, Ahmadinejad yang baru empat bulan duduk di kursi kepresidenan Iran segara menjadi bahan hujatan dan kecaman terutama dari Barat. Dan tokoh- tokoh Israel pun tidak kalah keras. Perdana Menteri Israel, Simon Peres bahkan balas mengancam akan menghapus Iran dari peta dunia. Hal ini juga menyebabkan Ahmadinejad diancam diadili atas tuntutan kejahatan perang karena telah menghasut dunia untuk melakukan pembunuhan massal terhadap Israel.
Namun diluar itu semua, pernyataan Ahmadinejad ini telah membuka mata dunia untuk melihat lebih dalam apa yang telah dilakukan Israel terhadap Palestina. Media massa dunia ramai memberitakan tentang sikap presiden Iran ini pada Israel. Yang mengakibatkan semakin ramainya aktivis perdamaian dunia utnuk menyuerukan tuntutannya demi kemerdekaan untuk rakyat Palestina. Dukungan yang terus mengalir dari seluruh dunia yang tidak hanya berasal dari dunia Islam, namun juga dari Yahudi sendiri.
Kekuatan media massa yang semakin maju dengan barbagai macam kecanggihan tekhnologi komunikasi ini dimanfaatkan sebagai alat untuk menggalang dukungan bagi Palestina dari seluruh dunia. Berita mengenai kegigihan Presiden Iran yang dengan lantang dan berani menyatakan perlawanan Zionis yang berkuasa dan menyebarkan terror di tanah Palestina yang mereka klaim sebagai tanah air nenek moyang mereka sejak 2500 tahun lalu.
Tampilnya Ahmadinejad sebagai pemimpin baru dianggap juga sebagai pemimpin bagi perjuangan membela Palestina dari kekejaman Zionis Israel. Keberaniannya menyatakan bahwa Holocaust hanya sebuah karangan cerita yang dipakai untuk mengintervensi dan sebagai pembenaran atas tindakan Israel merebut wilayah Palestina, menyebabkan munculnya dukungan yang semakin besar.
Kesempatan ini juga membangkitkan kaum sejarahwan untuk bangkit dan mengungkap Holocaust. Israel juga tidak mampu membendung aktifitas dan protes yang dilakukan kelompok Yahudi anti Zionisme, Neturei Karta. Kelompok ini merupakan oraganisasi kaum Yahudi yang mengaku taat pada Taurat, dan sangat berbeda dengan Yahudi Zionis Israel yang beraksi di Palesstina. Mereka berusaha merubah citra buruk dunia yang melekat pada kaum Yahudi yang selama ini melekat karena tindakan- tindakan kekerasan yang dilakukan Zionis Israel atas Palestina.
Media massa yang terus gencar memberitakan aksi- aksi kekerasan pasukan militer Israel terhadap penduduk Palestina, menuai aksi- aksi protes dan kecaman dari berbagai penjuru dunia. Ketika Israel menyerbu daerah di jalur Gaza di tahun 2008, Israel dikutuk oleh pemimpin- pemimpin dunia. Masyarakat yang bersimpati tehadap penduduk Gaza, ramai- ramai mengumpulkan bantuan bagi korban.
Kegiatan sosial yang menunjukkan simpati yang mendalam ini juga dilakukan dengan boikot terhadap produk- produk Israel. Seperti yang terjadi di Inggris yang telah memberikan label pada produk- produk Israel yang dijual di Inggris. Untuk menunjukkan keseriusan atas dukungan Palestidan dan rasa solidaritas yang mendalam, para demonstran hampir setiap minggu beraksi di depan toko Tesco dan Sinsenberi, White Rose, Marks & Spencer dan toko lainnya yang menjual produk2 Israel.
Para artis, penulis, olahragawan dan seniman di Inggris terlibat dalam aksi demonstrasi itu. Hal ini mungkin dapat menjadi contoh bagi sebuah gerakan dunia yang sangat efektif untuk mengakhiri operasi penyerangan terhadap rakyat Palestina. Gerakan pemboikotan seperti ini terinspirasi dari rakyat Palestina sendiri yang telah puluhan tahun mengajak untuk melakukan perlawanan tanpa kekerasan. Dan dalam catatan sejarah, aksi boikot internasional telah membantu berakhirnya diskriminasi ras di Afrika Selatan.
Para aktivis melakukan gerakan boikot terhadap Israel karena terinspirasi gerakan menentang tembok ‘apartheid’ di Afrika Selatan pada era tahun 1980-an. Mereka mengatakan, ada kesamaan antara sistem ‘apartheid’ di Afrika Selatan dan kebijakan diskriminatif yang diterapkan Israel di tanah Palestina. Israel misalnya, membuat aturan-aturan yang mendiskriminasikan warga Arab Palestina, membuat pos-pos pemeriksaan ilegal di wilayah Palestina, mengusir warga Palestina dari rumah dan tanah-tanah mereka.
Sebelumnya para aktivis ini telah melaporkan banyak produk menyesatkan yang dijual di Inggris. Misalnya, apa yang tertera pada label produk dengan tulisan, “Dari Tepi Barat” kenyataannya adalah berasal dari Israel, termasuk kurma yang selalu dijual selama Ramadhan. Mungkin hal ini akan menjadi pencerdasan tersendiri bagi penduduk di negara lain untuk juga berhati-hati atas pelabelan yang tertera pada produk-produk tersebut.
Mahasiswa di Universitas Sussex telah memilih untuk memboikot barang-barang Israel. Keputusan itu akan menjadi bagian dari boikot internasional, divestasi dan kampanye sanksi, yang menyerukan kepada Israel agar menghormati hukum internasional dan mengakhiri pendudukan Palestina. Hasil referendum itu memberikan mandat kepada Persatuan Mahasiswa untuk mengenyahkan semua produk Israel dari toko, dan meninjau ulang sumber gerai makanan di kampus. Keputusan itu menjadikan Persatuan Mahasiswa Sussex sebagai pihak yang pertama di Inggris yang menerapkan boikot secara penuh terhadap barang produk Israel. Suara untuk boikot itu merupakan salah satu yang terbesar dan paling seru dalam sejarah dinamika Universitas, dengan perbandingan 562 suara untuk boikot dan 450 suara yang menentang boikot.
Dari peristiwa- peristiwa yang terjadi tersebut, dapat disimpulkan bahwa kekuatan media massa untuk mengkomunikasikan suatu isu pada dunia sangatlah memiliki pengaruh terhadap suatu negara. Israel tidak dapat berbuat apa- apa untuk membendung aksi- aksi protes dari masyarakat dunia. Protes ini timbul dari pemberitaan- pemberitaan tentang aksi kekerasan tentara Zionis. Israel tidak bisa mengelak bahwa tindakan penjajahannya terhadap Palestina ini telah diketahui dan dikecam oleh masyarakat dunia.
Globalisasi komunikasi yang didukung oleh kemajuan teknologi internet dan media komunikasi lainnya menjadikan suatu negara tidak mungkin untuk menyensor seluruh informasi yang beredar di dunia. Termasuk informasi yang memojokkan dan melemahkan perannya dalam dunia internasional. Kemudahan akses inilah yang telah melemahkan peran negara, karena segala informasi tentang negara tersebut dapat dengan mudah diakses oleh masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar