Bookmarks

Rabu, 26 Oktober 2011

Globalisasi menejemen


Pengaruh Globalisasi terhadap Manajemen Sumberdaya Keluarga dan Penerapan Nilai Instrumental dan Terminal pada Anak Jalanan

PENDAHULUAN
Anak merupakan aset potensial yang dimiliki oleh sebuah keluarga. Potensi setiap anak akan terus muncul dan berkembang jika didukung oleh kondisi lingkungan sekitarnya, terutama lingkungan keluarga. Akan tetapi, pada saat sekarang, potensi kebanyakan anak Indonesia tidak berkembang sebagaimana mestinya bahkan terbuang begitu saja. Salah satu fenomena yang sangat erat kaitannya dengan hal ini adalah masalah anak jalanan dimana terdapat potensi sumberdaya yang sangat bagus dan menggiurkan namun tidak dimanfaatkan secara optimal. Lebih dari itu anak jalanan juga seringkali kehilangan hak mereka sebagai seorang anak yang seharusnya bisa mereka dapatkan dari keluarga maupun lingkungan sosial.
Hak-hak asasi anak terlantar dan anak jalanan, pada hakekatnya sama dengan hak-hak asasi manusia pada umumnya, seperti halnya tercantum dalam UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia,  dan Keputusan Presiden RI No. 36 Tahun 1990 tentang Pengesahan Convention on the Right of the Child (Konvensi tentang hak-hak Anak).  Mereka perlu mendapatkan hak-haknya secara normal sebagaimana layaknya anak, yaitu hak sipil dan kemerdekaan (civil righ and freedoms), lingkungan keluarga dan pilihan pemeliharaan (family envionment and alternative care), kesehatan dasar dan kesejahteraan (basic health and welfare), pendidikan, rekreasi dan budaya (education, laisure and culture activites), dan perlindungan khusus (special protection).(Depsos 2010)
Menurut defenisi Depsos (1997), anak jalanan adalah anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan atau tempat umum lainnya. Anak jalanan dalam konteks ini adalah anak yang berusia antara enam sampai dengan 18 tahun. Sementara menurut istilah umum anak jalanan mengacu pada anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan, namun masih memiliki hubungan dengan keluarganya
Adanya komunitas anak jalanan, terutama di kota-kota besar bisa disebabkan oleh beberapa hal, seperti kemiskinan, adanya konflik berkepanjangan dalam keluarga, kurangnya perhatian orangtua pada anak, masa puberitas anak serta adanya pengaruh peer group dari masing-masing anak tersebut. Anak-anak ini biasanya akan bekerja selama satu hari penuh untuk mencari penghasilan tanpa memperhatikan cara dalam memperoleh penghasilan tersebut, bisa dari mengamen, jualan atau bahkan merampok. Kondisi ini tidak hanya merusak kondisi lingkungan sosial namun juga merusak kenyamanan masyarakat sekitar dengan adanya ancaman akan keselamatan diri mereka.
Sehubungan dengan masalah tersebut, keluarga yang merupakan suatu unit yang terlibat langsung terhadap timbulnya kelompok anak jalanan seharusnya bisa lebih meningkatkan perhatian mereka terhadap hak-hak yang seharusnya mereka dapatkan. Sehingga keluarga, khususnya orangtua tidak dengan mudah membiarkan anak-anaknya untuk menjadi bagian dari kelompok anak jalanan dan mengupayakan untuk mencari pendapatan dengan cara yang lebih baik lagi.





PEMBAHASAN
Globalisasi sendiri diambil dari kata global yang artinya universal. menurut wikipedia pengertian globalisasi tidak atau belum mempunya definisi tetap dan mapan, globalisasi hanya merujuk pada  definisi kerja (working definition), artinya pengertian globalisasi bisa jadi sanagt luas cakupanya tergantung bagaimana pengguna menempatkan. Ada sebagain yang berpendapat bahwa globalisasi merupakan proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara berada dalam ikatan yang semakin kuat  untuk mewujudkan sebuah tatanan kehidupan baru atau kita bisa mengatikan kesatuan ko-eksistensi yang nantinya akan menghapus batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat. Penertian ini didukung oleh pihak yang mendukung terjadinya sebuah evolusi sosial ekonomi dan budaya (Anonim 2010)
Adanya globalisasi dan modernisasi memiliki dampak yang bagus bagi masyarakat seperti jika ditinjau dari dalam budaya yang menyebabkan pergeseran nilai dan sikap masyarakat yang semula irasional menjadi rasional, masyarakat menjadi lebih mudah dalam beraktivitas dan mendorong untuk berpikir lebih maju serta banyaknya muncul alat komunikasi dan alat transportasi canggih yang sangat berguna bagi masyarakat. Akan tetapi apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada beberapa individu yang dapat mengikuti arusmodernisasi dan globalisasi maka akan memperdalam jurang pemisah antara individu dengan individu lain yang stagnan. Hal ini menimbulkan kesenjangan sosial dan berdampak kepada masyarakat kaya menjadi semakin kaya dan masyarakat miskin juga menjadi semakin miskin. Sehingga kemiskinan seolah menjadi sesuatu yang tidak terelakkan lagi di era globalisasi ini.
Kemiskinan merupakan faktor utama penyebab terbentuknya komunitas anak jalanan. Kurangnya pendapatan yang dimiliki oleh sebuah keluarga membuat mereka terpaksa memanfaatkan sumberdaya manusia yang ada untuk mendapatkan income (pemasukan) tambahan. Salah satu caranya yaitu dengan memberdayakan anak-anaknya untuk bekerja diluar rumah sehingga anak-anak tersebut berkeliaran dijalanan tanpa pengawasan dari orang tuanya.
Sementara nilai merupakan sesuatu yang berharga, berarti, dijunjung tinggi dan didambakan oleh orang yang memegangnya. Keluarga merupakan tempat pertama dalam pembentukan nilai seseorang. Nilai yang diterapkan dalam keluarga akan berpengaruh pada pembentukan kualitas anak dan juga akan memberikan kontribusi terhadap pembentukan negara yang baik. Salah satu tipe nilai adalah nilai Innstrumental dan terminal. Nilai instrumental merupakan nilai yang berkaitan dengan cara berperilaku sedangkan nilai terminal merupakan nilai yang berkaitan dengan tujuan akhir yang kita inginkan
Variasi anak jalanan berdasarkan hubungannya dengan keluarga dalam kehidupan sehari-hari, menurut Sudrajat (1996) pada dasarnya  dapat dikategorilan menjadi dua. Pertama, anak-anak yang tumbuh dari jalanan (Children of the street) dan seluruh waktunya dihabiskan di jalanan.. Kedua, anak-anak yang berada di jalanan (Children on the street) , yaitu anak-anak yang berada sesaat di jalanan. (Hanandini & Putra 2010).
Berdasarkan kedua tipe nilai diatas, dapat dibahas mengenai nilai pada kedua variasi anak jalanan yang berbeda menurut Sudrajat yaitu sebagai berikut:



Children of the street
Anak-anak dalam kategori ini biasanya mempunyai ciri-ciri tinggal dan bekerja di jalan, tidak mempunyai rumah, jarang dan bahkan tidak pernah kontak dengan keluarga, berasal dari keluarga yang berkonflik, mobilitasnya tinggi, dan tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap.
Nilai instrumental yang dimiliki oleh anak-anak dengan kondisi seperti ini adalah lebih kepada nilai ambisius dalam mencari pendapatan yang dilakukan dengan cara apapun, walaupun harus mengambil hak orang lain. Nilai terminal yang diharapkan oleh anak jalanan pada tipe ini hanya berorientasi pada pemenuhan hidup pribadi saja yaitu agar terus bisa melangsungkan hidup dirinya masing-masing.
Keadaan seperti ini secara tidak langsung membuat anak jalanan tersebut sudah terbiasa dengan kerasnya lingkungan di luar rumah sehingga menyebabkan mereka tidak peduli lagi dengan tanggung jawab yang seharusnya dikerjakan dan membuat mereka cenderung berbuat sesuatu yang mengancam keselamatan orang lain apalagi mereka jarang bahkan tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari keluarga, terutama orangtua.
Kondisi jalanan yang bebas menjadikan anak jalanan kategori ini tidak memiliki tujuan dalam hidupnya. Mereka berbuat sesuatu sesuai dengan keinginan mereka senndiri. Tidak ada tujuan akhir yang ingin dicapai kecuali hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan berupa makan saja.
Peer group adalah orang yang sangat berpengaruh bagi pembentukan karakter dan kepribadiaan anak jalanan kategori children of the street ini, sekaligus sebagai role model yang mereka tiru karena kondisi mereka yang tumbuh tanpa adanya orangtua disekitar mereka. Oleh karena itu, anak jalanan ini lebih berorientasi kepadapeer group tersebut dan juga sebagai alat bagi mereka untuk membentuk kekuatan.

Children on the street
Kelompok anak jalanan kategori ini terdiri dari anak-anak jalanan yang berasal dari luar kota dan anak-anak jalanan yang berasal dari dalam kota. Pada anak-anak jalanan yang berasal dari luar kota biasanya mengontrak rumah sebagai tempat tinggal secara bersama dengan teman-teman yang senasib, kontak dengan keluarga lebih sering bila dibandingkan dengan anak-anak yang tumbuh dari jalanan, tidak bersekolah, dan ikut ke kota atas ajakan teman yang lebih dewasa. Motivasi mereka kebanyakan ekonomi, oleh karena itu seringkali mereka masih  menyisakan hasil kerjanya untuk dikirim kepada orangtuanya di kampung.
Nilai instrumental yang dimiliki oleh anak jalanan kategori ini adalah nilai optimisme dan ambisius selama mencari nafkah di jalanan tanpa memperhatikan resiko terburuk yang bahkan bisa mengancam keselamatan jiwa mereka. Sementara nilai terminal atau nilai akhir yang diharapkan oleh mereka adalah terpenuhinya kebutuhan keluarga terutama dari segi keuangan agar tercapai hidup yang sejahtera.
Hal ini sangat berbeda dengan anak jalanan yang memang tumbuh dan berkembang di jalanan. Children on the street ini masih memiliki tujuan hidup dan ada nilai akhir terkait dengan keluarga yang mereka harapkan untuk diperoleh dari kegiatan mereka dijalanan. Biasanya anak-anak ini dipekerjakan oleh orangtuanya sebagai salah satu cara untuk memanfaatkan sumberdaya yang ada demi mempertahankan kondisi perekonomian dalam keluarga. Sementara orangtua bisa mengerjakan pekerjaan lain yang juga berperan dalam penambahan pemasukan keuangan seperti menjadi buruh, pembantu rumah tangga atau lain sebagainya. Atau di lain pihak, orangtua hanya sekedar ingin memanfaatkan anaknya sebagai pencari nafkah tunggal didalam keluarga dengan ibu mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan ayah yang juga berprofesi sebagai pengangguran.
Walaupun anak jalanan ini masih memiliki keluarga dan rumah untuk kembali, akan tetapi hak mereka sebagai seorang anak masih belum terpenuhi seutuhnya. Seperti hak untuk mendapatkan kasih sayang berupa waktu bagi orangtua, akses informasi berupa pendidikan dan hak kebebasan untuk bisa bermain dengan anak seusianya dengan keadaan tanpa ancaman, tidak seperti di jalanan, dan lain sebagainya.
Kondisi seperti ini berdampak pada tidak adanya bonding dalam keluarga itu sendiri dan menyebabkan lama kelamaan anak menjadi tidak betah untuk tinggal di rumah sehingga tidak jarang anak yang memutuskan untuk tidak kembali lagi kerumah ketika sudah berada di jalanan. Sehingga menimbulkan permasalahan baru dimana mereka memungkinkan untuk menjadi salah satu bagian children of the street di daerah lainnya.
Manajemen dalam Keluarga
Salah satu fungsi keluarga adalah memenuhi kebutuhan nafkah atau ekonomi anggota keluarganya. Kebutuhan ekonomi ini seringkali dioperasionalkan ke dalam kebutuhan sosial dasar, seperti kebutuhan makan, pakaian, tempat tinggal, pendidikan dan kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa tidak semua keluarga mampu memenuhi kebutuhan ekonomi anggotanya disebabkan oleh berbagai faktor.
Dalam upaya keluar dari masalah, keluarga mengembangkan suatu strategi atau coping strategy dari kondisi tersebut. Dimana keluarga tersebut memberikan kesempatan kepada anak-anaknya untuk melaksanakan kegiatan ekonomi informal. Jenis kegiatan ekonomi informal dimaksud seperti pemulung, menyemir sepatu, mengamen, mengemis dan asongan serta melakukan pelacuran. Oleh karena itu, untuk menghindari terjadinya tindakan seperti ini apalagi ditengah kerasnya arus globalisasi keluarga seharusnya mengupayakan usaha lain agar anak mereka tidak terlibat dalam aktivitas tersebut karena bisa membunuh karakternya sebagai seorang anak yang akan merusak perkembangan moralnya dimasa yang akan dating. Hal ini juga akan berdampak kepada menurunnya kualitas keluarga itu sendiri. Banyak pekerjaan lain yang bisa diupayakan oleh keluarga tersebut tanpa harus membiarkan anaknya berada di jalanan untuk mencari nafkah.
Suami yang seharusnya bekerja sebagai pencari nafkah utama, bisa dibantu oleh istri untuk mendapatkan penghasilan tambahan apabila penghasilan suami memang tidak memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Sementara anak bisa membantu pekerjaan ibu dalam hal domestik tanpa harus bekerja diluar rumah. Hal ini akan lebih efektif sehingga tujuan keluarga untuk mencapai kualitas yang lebih baik lagi bisa tercapai tanpa mengabaikan hak anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar