Pada suatu acara international yang diadakan di salah satu hotel bintang lima di Jakarta, saya membawa 7 orang marketing senior saya untuk memprospek pengusaha lokal maupun expatriat untuk mengisi office tower dan service apartment yang kami kelola di salah satu kota besar Indonesia.
Terkejut saya setelah 15 menit berada ditempat itu, ke 7 marketing senior saya lumpuh. Tidak ada satu orang pun bergerak untuk mendekati (approach) mereka. Saya panggil mereka keluar dan ingin menanyakan apa yang terjadi? Mengapa mereka tidak dapat bergaul dengan para expatriat itu?
Semua tertunduk dan akhirnya mereka berkata, “Maaf pak, saya sudah mengusahaakannya, tetapi penguasaan bahasa Inggris saya terbatas sehingga saya bukanlah lawan bicara yang nyaman untuk diajak bicara dalam bahasa Inggris”.
Saya terhenyak sebentar, dan saya berkata, “Tunjuk salah satu orang expatriat yang kamu anggap paling “sombong” dan mari saya perlihatkan bagaimana cara mendekati mereka untuk berbicara”.
Ditunjuklah seorang yang sedang menghisap cerutu, ia dikelilingi oleh 5 orang temannya dan sedang tertawa-tawa menikmati suasana pertemuan kasual ini. Badannya tinggi besar dan bahasa tubuhnya menunjukan percaya diri yang sangat tinggi. Saya berkata, “Mari ikut saya dan saya akan perlihatkan cara mendekati orang yang kamu tunjuk tersebut”.
“Hallo, apa kabar?”
“Nama saya Irwan dari…..” dan saya terus berbicara dalam bahasa Indonesia.
“Nama saya Irwan dari…..” dan saya terus berbicara dalam bahasa Indonesia.
“I am sorry, I do not speak Indonesian” dia tersenyum.
Dengan tersenyum juga saya berkata, “Makanya belajar bahasa Indonesia di negara Indonesia, seperti saya tinggal di Amerika selama 9 tahun dan saya bisa berbicara Inggris dengan fasih”.
Dengan tersenyum juga saya berkata, “Makanya belajar bahasa Indonesia di negara Indonesia, seperti saya tinggal di Amerika selama 9 tahun dan saya bisa berbicara Inggris dengan fasih”.
Sang expatriat pun tidak dapat berkata-kata apa apa lagi selain memberi hormat kepada saya. Dan dalam setiap pas-pas an di dalam pertemuan itu, dia mengangguk memberi hormat kepada saya. Dalam pertemuan itu, semua 7 senior marketing saya mendekati (approach) expatriat yang hadir sebagai seorang Indonesia, bukan seorang setengah bule.
Dalam era globalisasi ini penting untuk belajar atau dapat berbicara bahasa Inggris ataupun bahasa asing lainnya. Tetapi jika kita lupa akan jati diri kita sebagai bangsa Indonesia, maka kepercayaan diri akan hilang dan bangsa tidak akan maju.
Pentingnya bahasa Inggris dalam era globalisasi ini. Masa sih?
Banyak orang berkata dalam era globalisasi ini sangat penting untuk menguasai paling tidak bahasa Inggris ataupun bahasa asing lainnya. Mereka berkata bahwa tanpa penguasaan bahasa Inggris (English Command) yang baik, suatu negara tidak akan maju. Banyak yang mengambil contoh dari penguasaan bahasa Inggris di Malaysia dan India.
Tetapi mereka tidak melihat bahwa negara negara yang benar benar maju bukanlah Malaysia dan India, tetapi negara-negara seperti Jerman, Perancis, Jepang, Korea, China yang sebagian besar masyarakatnya tidak memiliki penguasaan bahasa Inggris yang baik, melainkan menguasai dan bangga sebagai bangsa yang memiliki identitas dengan menggunakan bahasa mereka sendiri sendiri.
Bangga dengan identitas kita dan menjadi diri sendiri
Didalam satu kelas bisnis penerbangan saya ke kota Los Angeles, saya bertemu dengan wanita cantik Indonesia yang fasih berbahasa Inggris. Bahasa Inggris wanita ini sangat baik sekali (excellent English pronunciation). Jika dia berbicara cukup keras, seolah olah ingin memberitahukan kepada seisi pesawat bahwa dia memiliki pelafalan (pronunciation) bahasa Inggris yang sangat baik.
Tetapi jika saya dengarkan baik baik, apa yang dia katakan dalam setiap pembicaraan hanyalah basa basi dan tidak ada isinya (tidak berbobot, pep-talk). Gatal telinga saya jadinya. Saya lebih terbiasa dan lebih menghargai orang yang berbahasa Inggris pas pas-an tetapi ada isi dan bobot pembicaraannya.
Jangan berbicara bahasa setengah setengah dan campur campur. Jika anda ingin berhasa Inggris, bicaralah dengan lengkap dan sepenuhnya, juga sebaliknya. Banggalah berbahasa Indonesia dan berbanggalah menjadi orang Indonesia.
Tambahan:
Berbicara dengan bahasa gado-gado (berbicara bolak balik dan campur aduk antara Inggris dan Indonesia) tidaklah membanggakan untuk saya. Saya sangat fasih berbahasa Inggris, anda tidak akan bisa bedakan jika mendengar suara saya dengan orang yang sejak lahir berbicara bahasa Inggris, tetapi saya sangat bangga untuk berbahasa Indonesia.
Bahasa Inggris di dunia usaha memang digunakan untuk bisnis, surat menyurat dan meeting dengan bule bule yang tidak mau belajar dan tidak bisa berbahasa Indonesia. Tetapi maksud terpenting dari tulisan saya ialah, cukup untuk berbicara kepada bule yang tidak bisa dan tidak mau belajar bahasa Indonesia. Tidak usah dilanjutkan dalam percakapan sehari-hari, tidak usah over reacting dan berpikir bahwa dengan bisa berbicara bahasa Inggris ditempat umum anda merasa derajat anda lebih tinggi dari orang lain.
Jika anda memang lebih nyaman dengan berbahasa Inggris, silahkan berbicara Inggris sepenuhnya (full and complete conversation in English), jangan berbicara gado-gado. Itu sangat memalukan dan merendahkan derajat anda sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar