Bookmarks

Minggu, 06 November 2011

Globalisasi Internet

Cobalah tanya anak muda, apakah kegiatan yang paling disenangi sekarang ini ? “Nge-warnet” “chatting, “FB”. Inilah jawaban yang sekaligus menunjukkan fakta betapa menjamurnya warung-warung internet sekarang di berbagai pelosok penjuru Indonesia.
Di satu sisi, keterampilan generasi muda dalam menggunakan peralatan elektronika semakin meningkat, sehingga semakin luas pula akses informasinya, meski di balik itu ada juga yang menggunakannya semata-mata untuk kesenangan.
Sekarang, hampir semua anak muda punya alamat e-mail, dan ini merupakan gengsi tersendiri yang melekat dalam kegiatan dan pembicaraan mereka sehari-hari. “Jangan lupa, ya, kirim e-mail,” demikianlah kalimat yang sering dilontarkan sesama mereka di kampus atau dimana saja. Inilah ciri anak muda atau anak globalisasi yang dinamis dan energik.
Apa pun alasan di balik kesenangan anak-anak muda sekarang ini ber internet ria dengan berbagai kepentingannya, inilah salah satu bagian proses globalisasi dengan kemajuan teknologi informasinya.
Menurut pakar pendidikan Dr Mochtar Buchori, globalisasi bukanlah proses searah tapi dua arah sekaligus melokalnya nilai-nilai atau hal-hal yang datang dari luar.
Makan di restoran Mc Donald dan KFC kini lebih enak dan lebih bergengsi dibanding di restoran Padang atau ayam Suharti.
Sekarang ini juga ada kecenderungan baru di kalangan masyarakat, menonton di bioskop sambil makan popcorn dan minum Cocacola, padahal ini adalah gaya orang Amerika.
Ini bukti proses lokalisasi dari kebiasaan-kebiasaan di AS yang menjelma menjadi kebiasaan masyarakat di Jakarta dan daerah lain. Kini persoalannya apakah kita mau terseret atau memanfaatkan kemajuan teknologi di era informasi ini?
Bagaimana pun juga, momentum perkembangan teknologi informatika audio visual yang ada dewasa ini, perlu dimanfaatkan justru untuk mengemas informasi kebudayaan daerah.
Sekarang ini, menurut sejumlah pakar komunikasi, terjadi kesenjangan di tengah arus perkembangan teknologi dan sistem informasi dan komunikasi yang secara mencolok dikuasai negara-negara maju sehingga negara berkembang menjadi kewalahan.
Limpahan informasi serta nilai-nilai asing untuk tayangan TV saja, misalnya kini telah merasuk dan mewarnai kehidupan sehari-hari keluarga di negeri ini.
Seorang ibu rumahtangga mengaku kegiatannya sehari-hari tiada hari tanpa FB, Ngompasiana, atau nonton sinetron. Seorang mahasiswa mengatakan, tak ada hari tanpa chatting, sementara anak-anak kecil mengatakan, tiada hari tanpa playstation.
Kini, anak-anak dan remaja masing-masing sibuk dengan internet dan playstation, ibu asyik sendiri menonton TV, FB, Internet termasuk Ngompasiana he he he…. sehingga tidak ada waktu cukup untuk bergaul dan bermain bersama.
Hilangnya kehidupan tatap muka dan kehangatan hubungan tetangga atau keluarga, karena diganti oleh kegiatan teknologi canggih, telah membuat pola kegiatan sehari-hari semakin individual. Lebih memprihatinkan, saluran penerusan nilai-nilai budaya dari generasi tua ke generasi muda menjadi terputus. Apalagi simpul-simpul budaya daerah itu semakin melemah.
Dengan berkembangnya teknologi komunikasi dewasa ini yang sangat cepat, maka mau tidak mau upaya untuk mempertahankan budaya sebagai warisan, tidak bisa lagi hanya bergantung pada proses alam tapi harus dilakukan secara sadar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar