Bookmarks

Senin, 31 Oktober 2011

Hubungan Globalisasi dan Pembangunan Berkelanjutan

Hubungan Globalisasi dan Pembangunan Berkelanjutan
(Globalisasi versus Sustainable development)
By, Tumirah, ST

I. PENDAHULUAN
I.1. Fenomena dan Isu Globalisasi Versus Pembangunan Berkelanjutan

Persepsi dan respon masyarakat dunia terhadap permasalahan pembangunan dan lingkungan di era globalisasi senantiasa berkembang, sebelum konferensi Stockholm 1972, sebagian besar pemimpin dunia menganggap bahwa kerusakan lingkungan hidup adalah “ harga yang harus dibayar “ jika ingin melaksanakan pembangunan. Sejak pasca konferensi sampai decade 1980 an, persepsi semacam itu semakin pudar dan yang berkembang adalah bahwa antara pembangunan dan lingkungan sesungguhnya merupakan “ dua sisi mata uang yang sama. Decade 1980 an ini juga diwarnai dengan istilah pembangunan berwawasan lingkungan (PBL).
Mencuatnya masalah lingkungan dalam percaturan politik dunia diawali dai laporan Gro Bruntland yang berjudul Our Common future yang disampaikan ke Komisi Dunia untuk lingkungan dan pembangunan (World Commision on Environmentalvelopment = WECD), suatu komisi khusus yang dibentuk PBB untuk menelaah masalah-masalah lingkungan. Yang menonjol dalam laporan tersebut adalah ketegasannya untuk mengaitkan masalah lingkungan tidaklah bertentangan dengan pembangunan dan ekonomi dunia bahkan pembangunan dibutuhkan untuk mengatasi masalah lingkungan, khususnya di negara-negara sedang berkembang. Dalam laporan tersebut juga menunjukan bahwa tata ekonomi dunia sekarang merupakan salah satu pnyebab utama kerusakan lingkungan. Misalnya, untuk membayar kembali hutangnya dan untuk meningktakan pembangunan, Negara-negra sedang berkembang terpaksa harus mengeksploitasi sumbet dayanya secara membabi buta sehingga akan semakin memperparah rusaknya lingkungan di Negara-negara tersebut. Sistem proteksionisme di Negara maju juga mempunyai dampak yang sama, karena mengakibatkan kerugian ekonomi yang besar pada negara-negara sedang berkembang. Dengan demikian, baik karena sifat masalah lingkungan yang global maupun karena keterkaitannya dengan ekonomi dunia yang telah mengalami globalisasi, masalah lingkungan kini bersifat global, seperti efek rumah kaca, hujan asam,dan penipisan lapisan ozon di stratosfer. Tak ada satu Negara di dunia yang dapat menangani masaah lingkungan sendirian tanpa campur tangan Negara lain, karena sfatnya yang global dan keterkaitannya pada perekonomian global.
Dalam konteks berkelanjutan, pembangunan harus memperhatikan aspek kelestarian lingkungan dan kelanggengan sumber daya sehingga kekayaan alam yang sebagian besar tidak terperbaharui dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin bukan hanya untuk saat ini tetapi juga untuk generasi yang akan dating. Dalam hal ini lingkungan menjadi isu penting dalam mengambil kebijaksanaan pembangunan dalam menghadapi era globalisasi dan perdagangan bebas.


I.2. Pengertian Globalisasi Dan Pembangunan Berkelanjutan
I.2.A. Globalisasi
Menurut asal katanya, kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Achmad Suparman menyatakan Globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekedar definisi kerja (working definition), sehingga bergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat.
Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuk yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama. Theodore Levitte merupakan orang yang pertama kali menggunakan istilah Globalisasi pada tahun 1985.
Scholte melihat bahwa ada beberapa definisi yang dimaksudkan orang dengan globalisasi:
Internasionalisasi: Globalisasi diartikan sebagai meningkatnya hubungan internasional. Dalam hal ini masing-masing negara tetap mempertahankan identitasnya masing-masing, namun menjadi semakin tergantung satu sama lain.
Liberalisasi: Globalisasi juga diartikan dengan semakin diturunkankan batas antar negara, misalnya hambatan tarif ekspor impor, lalu lintas devisa, maupun migrasi.
Universalisasi: Globalisasi juga digambarkan sebagai semakin tersebarnya hal material maupun imaterial ke seluruh dunia. Pengalaman di satu lokalitas dapat menjadi pengalaman seluruh dunia.
Westernisasi: Westernisasi adalah salah satu bentuk dari universalisasi dengan semakin menyebarnya pikiran dan budaya dari barat sehingga mengglobal.
Hubungan transplanetari dan suprateritorialitas: Arti kelima ini berbeda dengan keempat definisi di atas. Pada empat definisi pertama, masing-masing negara masih mempertahankan status ontologinya. Pada pengertian yang kelima, dunia global memiliki status ontologi sendiri, bukan sekadar gabungan negara-negara.


I.2.B. Pembangunan Berkelanjutan
Pembangunan Berkelanjutan adalah proses pembangunan (lahan, kota, bisnis, masyarakat, dsb) yang berprinsip "memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan" (menurut Brundtland Report dari PBB, 1987. Pembangunan berkelanjutan adalah terjemahan dari Bahasa Inggris, sustainable development. Salah satu faktor yang harus dihadapi untuk mencapai pembangunan berkelanjutan adalah bagaimana memperbaiki kehancuran lingkungan tanpa mengorbankan kebutuhan pembangunan ekonomi dan keadilan sosial.
Pembangunan berkelanjutan tidak saja berkonsentrasi pada isu-isu lingkungan. Lebih luas daripada itu, pembangunan berkelanjutan mencakup tiga lingkup kebijakan: pembangunan ekonomi, pembangunan sosial dan perlindungan lingkungan
Tiga pilar pembangunan berkelanjutan yang menyangkut aspek sosial termasuk di dalamnya menghapus kemiskinan, aspek lingkungan termasuk perlindungan dan konservasi sumber daya alam dan daya dukung lingkungan, serta pertumbuhan ekonomi yang semakin lebar jurang kesenjangannya antara negara maju dan negara berkembang menjadi dimensi dalam 100 point dokumen yang akan dinegosiasikan dalam Prep Com IV. Emil menambahkan, "Bagi perusahaan, dalam produksinya harus berlaku corporate responsibility and accountability yang juga memasukkan tiga hal tersebut."

II. PEMBAHASAN
Globalisasi bukan merupakan ancaman bagi pembangunan berkelanjutan tapi saling mendukung. Untuk terciptanya kondisi saling mendukung diperlukan adanya perubahan radikal pada kualitas pembangunan dan pola konsumsi dan produksi. Secara umum, industry dan setiap kegiatan industrialisasi harus dirangsang agar lebih efisien dalam penggunaan sumber daya, menghasilkan pencemaran dan limbah yang sedikit, lebih berdasar pada penggunaan sumber daya yang dapat pulih dan meminimalkan dampak negatifnya terhadap kkesehatan manusia dan lingkungan.

Tiga pilar pembangunan yang perlu diperhatikan dalam era globalisasi adalah sebagai berikut :
1. Aspek Sosial dan Budaya
Dalam hal ini masalah kemiskinan lebih dominan,Rumusan pembangunan berkelanjutan memuat dua konsep dasar. Pertama, konsep kebutuhan, khususnya kebutuhan kaum miskin sedunia terhadap siapa prioritas utama perlu diberikan. Kedua, gagasan keterbatasan yang bersumber pada keadaan teknologi dan organisasi social yang dihubungkan dengan kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan masa kini dan masa mendatang. Dengan demikian keprihatinan mengatasi kemiskinan dan ikhtiar menghadapi menanggapi keterbatasan akibat keadaan teknologi dan organisasi social menjadi latar belakang pembahasan masalah-masalah lingkungan dan pembangunan. Kemiskinan tidak mengenal batas Negara. Kemiskinan menjadi cirri pokok setiap Negara berkembang yang membuat semakin sulitnya masalah lingkungan tertanggulangi. Hal ini hanya dapat dipecahkan melalui proses pembangunan menurut pola berkelanjutan dan dilaksankan oleh seluruh bangsa di dunia yang meliputi Negara berkembang dan Negara maju.
2. Aspek lingkungan (Ekologi)
Pemabngunan yang diharapkan hendaknya pembangunan dengan konsep yang bijaksana, yang dengan tujuan meningkatkan kualitas lingkungan atau yang lenih dikenal dengan pembangunan berwawasan lingkungan dengan selalu memperhatikan kelestarian sumbaer daya alam dan daya dukung lingkungtan yang memadai. Menurut emil salim pembangunan berwawasan lingkungan merupakan upaya sadar dan berencana dalam menggunakan dan mengelola sumber daya alam secara bijaksana dalam pembangunan yang berkesinambungan untuk meningkatkan kualitas hidup.
3. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi antara Negara maju dan berkembang memberikan kontribusi terhadap kesenjangan masyarakat secara global yang berdampak pada “pembenaran” exploitasi sumber daya alam yang berlebihan.

III. KESIMPULAN DAN SARAN
III.1. KESIMPULAN

A. Globalisasi bukan merupakan ancaman bagi pembangunan berkelanjutan tapi saling mendukung untuk terciptanya pembangunan yang berwawasan lingkungan yang terarah ,terencana, dan berkesinambungan.
B. Bahwasannya pembangunan berkelanjutan dalam hubungannya dengan era globalisasi merupakan pembangunan yang berusaha memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan dating untuk memenuhi kebutuhan mereka, agar pembangunan dapat berkelanjutan tiga syarat pokok yang harus dipenuhi adalah :
1. Aspek Ekonomi
2. Sosial budaya
3. Lingkungan /Ekologi

III.2. SARAN
A. Untuk terciptanya kondisi saling mendukung antara globalisasi dan pembangunan yang berkelanjutan diperlukan perubahan pola konsumsi dan produksi, sebagi contoh perluanya penerapan Pajak & Bea masuk tersendiri bagi industry/pembangunan yang kurang ramah terhadap lingkungan serta sebaliknya.
B. Proyek pembangunan senantiasa dilengkapi dengan studi /telaah kelayakan
C. Peningkatan komitmen untuk mengatasi keterbatasan institusi dan SDM serta keterbatasan anggaran untuk mengawal pembangunan berkelanjutan di era globalisasi yang semakin menantang.

Globalisasi di Transportasi

Transportasi masa kini sudah marak di mana mana. Contohnya Sepeda motor, Mobil, Truk, DLL. transportasi itu ternyata membuat kira ringan untuk berpergian. Dan anak anak zaman sekarang dari umur 12 tahun sudah bisa untuk menggunakan kendaraan sepeda motor. Itu juga dari dampak globalisasi masa kini yang sangat cepat menyerang anak anak.

Zaman dulu transportasi tersebut jarang yang menggunakan karena transportasi itu harganya mahal untuk di beli. dulu transportasi kebanyakan menggunakan sepeda. itu pun juga ada pajaknya namanya plembir. jika telah membayar pajak sepeda itu ada stiker plembir itu. seperti kendaraan sekarang ya.....

Jangan bilang transportasi zaman dulu punah. ternyata transportasi zaman dulu di gemari oleh anak anak sekarang terutama sepeda. dan transportasi seberti dokar, andong, becak kereta api masih banyak di gunakan oleh masyarakat sekarang. bahkan sepeda pun di harapkan oleh pemerintah untuk mengatasi pemanasan global yang terjadi saat ini. di setiap rambu lalu lintas daerah kota Yogyakarta di berikan tempat khusus berhenti untuk sepeda

Lalu andong dan dokar tersebut di jadikan untuk wisata pengunjung dari luar kota atau di jadikan alat transportasi jarak dekat. Coba kita lihat di kawasan Malioboro dan di kawasan Candi Borobudur, di sana kita bisa melihat andong dan dokar berkumpul di sana (kalo malioboro adanya andong).

Globalisasi komunikasi

Globalisasi komunikasi yang terjadi saat ini, memungkinkan bagi siapapun, dimanapun, kapanpun untuk mengakses informasi yang ada. Dalam kaitannya dengan hubungan internasional, hal ini jelas sangat berpengaruh pada peran negara. Kemudahan akses ini menjadikan negara susah untuk membendung segala informasi yang ada, dan akhirnya melemahkan posisi negara.
Contoh yang terjadi pada Zionis Israel, disebabkan oleh pernyataan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad pada tahun 2005 yang diekspos besar- besaran oleh media dari seluruh dunia. Ahmadinejad memberikan peryataan kontroversial dengan mengatakan “Israel must be wiped off the map.” Pernyataan ini diungkapkan dalam pidatonya pada acara Konferensi Dunia Tanpa Zionisme. Dalam acara tersebut, Ahmadinejad juga menyatakan keraguannya pada Holocaust atau pembantaian massal yang terjadi pada kaum Yahudi di masa Perang Dunia II. Pembicaraan tentang Holocaust ini merupakan hal yang dianggap tabu dan sangat sensitif bagi dunia barat.
Dengan peryataannya ini, Ahmadinejad yang baru empat bulan duduk di kursi kepresidenan Iran segara menjadi bahan hujatan dan kecaman terutama dari Barat. Dan tokoh- tokoh Israel pun tidak kalah keras. Perdana Menteri Israel, Simon Peres bahkan balas mengancam akan menghapus Iran dari peta dunia. Hal ini juga menyebabkan Ahmadinejad diancam diadili atas tuntutan kejahatan perang karena telah menghasut dunia untuk melakukan pembunuhan massal terhadap Israel.
Namun diluar itu semua, pernyataan Ahmadinejad ini telah membuka mata dunia untuk melihat lebih dalam apa yang telah dilakukan Israel terhadap Palestina. Media massa dunia ramai memberitakan tentang sikap presiden Iran ini pada Israel. Yang mengakibatkan semakin ramainya aktivis perdamaian dunia utnuk menyuerukan tuntutannya demi kemerdekaan untuk rakyat Palestina. Dukungan yang terus mengalir dari seluruh dunia yang tidak hanya berasal dari dunia Islam, namun juga dari Yahudi sendiri.
Kekuatan media massa yang semakin maju dengan barbagai macam kecanggihan tekhnologi komunikasi ini dimanfaatkan sebagai alat untuk menggalang dukungan bagi Palestina dari seluruh dunia. Berita mengenai kegigihan Presiden Iran yang dengan lantang dan berani menyatakan perlawanan Zionis yang berkuasa dan menyebarkan terror di tanah Palestina yang mereka klaim sebagai tanah air nenek moyang mereka sejak 2500 tahun lalu.
Tampilnya Ahmadinejad sebagai pemimpin baru dianggap juga sebagai pemimpin bagi perjuangan membela Palestina dari kekejaman Zionis Israel. Keberaniannya menyatakan bahwa Holocaust hanya sebuah karangan cerita yang dipakai untuk mengintervensi dan sebagai pembenaran atas tindakan Israel merebut wilayah Palestina, menyebabkan munculnya dukungan yang semakin besar.
Kesempatan ini juga membangkitkan kaum sejarahwan untuk bangkit dan mengungkap Holocaust. Israel juga tidak mampu membendung aktifitas dan protes yang dilakukan kelompok Yahudi anti Zionisme, Neturei Karta. Kelompok ini merupakan oraganisasi kaum Yahudi yang mengaku taat pada Taurat, dan sangat berbeda dengan Yahudi Zionis Israel yang beraksi di Palesstina. Mereka berusaha merubah citra buruk dunia yang melekat pada kaum Yahudi yang selama ini melekat karena tindakan- tindakan kekerasan yang dilakukan Zionis Israel atas Palestina.
Media massa yang terus gencar memberitakan aksi- aksi kekerasan pasukan militer Israel terhadap penduduk Palestina, menuai aksi- aksi protes dan kecaman dari berbagai penjuru dunia. Ketika Israel menyerbu daerah di jalur Gaza di tahun 2008, Israel dikutuk oleh pemimpin- pemimpin dunia. Masyarakat yang bersimpati tehadap penduduk Gaza, ramai- ramai mengumpulkan bantuan bagi korban.
Kegiatan sosial yang menunjukkan simpati yang mendalam ini juga dilakukan dengan boikot terhadap produk- produk Israel. Seperti yang terjadi di Inggris yang telah memberikan label pada produk- produk Israel yang dijual di Inggris. Untuk menunjukkan keseriusan atas dukungan Palestidan dan rasa solidaritas yang mendalam, para demonstran hampir setiap minggu beraksi di depan toko Tesco dan Sinsenberi, White Rose, Marks & Spencer dan toko lainnya yang menjual produk2 Israel.
Para artis, penulis, olahragawan dan seniman di Inggris terlibat dalam aksi demonstrasi itu. Hal ini mungkin dapat menjadi contoh bagi sebuah gerakan dunia yang sangat efektif untuk mengakhiri operasi penyerangan terhadap rakyat Palestina. Gerakan pemboikotan seperti ini terinspirasi dari rakyat Palestina sendiri yang telah puluhan tahun mengajak untuk melakukan perlawanan tanpa kekerasan. Dan dalam catatan sejarah, aksi boikot internasional telah membantu berakhirnya diskriminasi ras di Afrika Selatan.
Para aktivis melakukan gerakan boikot terhadap Israel karena terinspirasi gerakan menentang tembok ‘apartheid’ di Afrika Selatan pada era tahun 1980-an. Mereka mengatakan, ada kesamaan antara sistem ‘apartheid’ di Afrika Selatan dan kebijakan diskriminatif yang diterapkan Israel di tanah Palestina. Israel misalnya, membuat aturan-aturan yang mendiskriminasikan warga Arab Palestina, membuat pos-pos pemeriksaan ilegal di wilayah Palestina, mengusir warga Palestina dari rumah dan tanah-tanah mereka.
Sebelumnya para aktivis ini telah melaporkan banyak produk menyesatkan yang dijual di Inggris. Misalnya, apa yang tertera pada label produk dengan tulisan, “Dari Tepi Barat” kenyataannya adalah berasal dari Israel, termasuk kurma yang selalu dijual selama Ramadhan. Mungkin hal ini akan menjadi pencerdasan tersendiri bagi penduduk di negara lain untuk juga berhati-hati atas pelabelan yang tertera pada produk-produk tersebut.
Mahasiswa di Universitas Sussex telah memilih untuk memboikot barang-barang Israel. Keputusan itu akan menjadi bagian dari boikot internasional, divestasi dan kampanye sanksi, yang menyerukan kepada Israel agar menghormati hukum internasional dan mengakhiri pendudukan Palestina. Hasil referendum itu memberikan mandat kepada Persatuan Mahasiswa untuk mengenyahkan semua produk Israel dari toko, dan meninjau ulang sumber gerai makanan di kampus. Keputusan itu menjadikan Persatuan Mahasiswa Sussex sebagai pihak yang pertama di Inggris yang menerapkan boikot secara penuh terhadap barang produk Israel. Suara untuk boikot itu merupakan salah satu yang terbesar dan paling seru dalam sejarah dinamika Universitas, dengan perbandingan 562 suara untuk boikot dan 450 suara yang menentang boikot.
Dari peristiwa- peristiwa yang terjadi tersebut, dapat disimpulkan bahwa kekuatan media massa untuk mengkomunikasikan suatu isu pada dunia sangatlah memiliki pengaruh terhadap suatu negara. Israel tidak dapat berbuat apa- apa untuk membendung aksi- aksi protes dari masyarakat dunia. Protes ini timbul dari pemberitaan- pemberitaan tentang aksi kekerasan tentara Zionis. Israel tidak bisa mengelak bahwa tindakan penjajahannya terhadap Palestina ini telah diketahui dan dikecam oleh masyarakat dunia.
Globalisasi komunikasi yang didukung oleh kemajuan teknologi internet dan media komunikasi lainnya menjadikan suatu negara tidak mungkin untuk menyensor seluruh informasi yang beredar di dunia. Termasuk informasi yang memojokkan dan melemahkan perannya dalam dunia internasional. Kemudahan akses inilah yang telah melemahkan peran negara, karena segala informasi tentang negara tersebut dapat dengan mudah diakses oleh masyarakat.

Manfaat Globalisasi bagi Indonesia

Globalisasi merupakan hal yang sangat mengerikan jika bisa merubah semua tatanan kehidupan dengan meninggalkan nilai-nilai luhur bangsa. Bangsa Indonesia sebagai bagian dari masyarakat internasional tidak akan terlepas dari pengaruh globalisasi. Namun, dari perubahan itu justru globalisasi juga memiliki dampak dan manfaat yang positif bagi bangsa indonesia.Oleh karena itu, bangsa indonesia harus memiliki filter untuk menangkal dampak negatif dari globalisasi.
Respon bangsa Indonesia sendiri terhadap globalisasi itu adalah sebagai peluang dan tantangan. Peluang berarti setiap orang mempunyai kesempatan yang sama untuk memanfaatkan situasi ini dalam menghidupi kehidupannya dengan baik, sedangkan tantangan berarti setiap orang diberi kesempatan untuk berkompetisi dan menunjukkan kemampuannya. Sebagai contoh keduanya adalah :
  • Pasar Bebas
  • Perkembangan IPTEK
  • Wawasan budaya semakin luas
  • Terbukanya lapangan kerja

Secara garis besar, ada manfaat yang berguna bagi bangsa Indonesia akibat dari globalisasi ini terjadi di bidang, diantaranya :
  • Sosial Budaya
    Dari sudut kebudayaan, globalisasi dapat memperluas wawasan budaya, meningkatkan kemampuan bahasa asing, meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap mental kearah yang lebih baik, meningkatkan produktivitas kerja, dan memberikan arah dalam perilaku.
  • Teknologi dan Transportasi
    Dalam bidang teknologi, globalisasi telah banyak membawa perubahan yang begitu besar bagi kehidupan bangsa Indonesia. Kemajuan zaman menyebabkan terjadinya perkembangan terhadap teknologi informasi. Dengan adanya perkembangan, masyarakat memperoleh manfaat yang sangat banyak. Contoh, dengan adanya Internet kita bisa mengetahui tentang apa saja yang belum kita letahui.
    Selain itu perkembangan dan perubahan juga terjadi di bidang teknologi transportasi. Contoh, dengan adanya tranportasi melalui udara kita bisa mancapai suatu tujuan dengan cepat.
  • Ekonomi
    Globalisasi juga membawa dampak terhadap kehidan bangsa Indonesia dalam bidang ekonomi seperti, Globalisasi mampu meningkatkan kemampuan berkompetisi dan meningkatkan kualitas produksi dalam negeri untuk meningkatkan pendapatan perkapita mayarakat.
  • Politik
    Di Indonesia, politik juga mengalami perkembangan akibat dari globalisasi. Seperti, Indonesia mampu menegakkan nilai-nilai demokrasi, mempererat hubungan dan meningktkan keaktifan dalam hubungan inernasional demi menuju perdamaian dunia.
  • Hukum
    Dalam bidang hukum, Indonesia turut serta dalam organisasi Internasional dan turut meratifikasi perjanjian hukum internasional dalam berbagai masalah.
  • Lingkungan Hidup
    Dalam rangka keikut sertaannya Indonesia dalam menjaga dan melestarikan lingkungan hidup, Indonesia juga turut menentang pemakaian senjata nuklir baik untuk perang maupun penelitian yang dapat merusak lingkungan hidup.

Rabu, 26 Oktober 2011

globalisasi masyarakat

Era globalisasi kini telah merambah masuk di semua sektor kehiupan bangsa indonesia, yang pada akhirnya akan berdampak terhadap budaya berfikir masyarakat indonesia. Saat ini pola berfikir masyarakat indonesia yang cenderung (tidak seluruhnya) tlah banyak mengarah pada budaya-budaya barat yang notabane cenderung mencontoh pada perilaku yang negatif. Budaya tersebut tercermin dengan menjadikan budaya barat sebagai sebuah patron dari kemajuan peradaban berfikir manusia. Banyak saat ini generani muda yang meniru pola kehidupan barat, dengan berbagai gaya dan perilakunya yang negatif dalam kehiodupan sehari, atau saat ini dikenal dengan sebutan “anak gaul” dimanakan idedalisme kita saat globalisasi merambah masuk dalam sistem kehidupan kita, apakah ini bentuik dari memudarnya pola berfikir generasi muda sebagai penerus bangsa.

Era globalisasi memang tidak bisa di justification selalu membawa dampak yang negatif bagi kita, namun dalam hal ini menurut saya eksistensi dari globalisasi tersebut lebih dominan kearah negatif, banayk contoh kasus yang dapat kita temukan, yaitu : maraknya seks bebas dilalangan remaja , yang saat ini dianggap bukan hal yang tabu lagi, perkembangan poirnografi yang dengan kemajuan teknologi yang canggih banyak dikonsumsi oleh anak dibawah umur dengan bebas dan mudah, tingkat peggunaan obat-obat terlarang yang sanagt memperhatikan. Kita sebagai negara dunia ketiga dijadika objek pasar dari penjualan obet terlarang internasional.

Oleh karena itulah kitaa perlu membangun kemvbali pondasi pla berfikir kitya, sebagai pengemban tugas berat penerus cita-cita bangsa yang beradab sesuai dengan perilaku kita sebagai orang timur. Langkah awal yang harus dilakukan menurut saya adalah coba kita gali terlebih dahulu npotensi-potensi yang terdapat pada banga kita, masih banyak potensi yang belum kita gali, yang sebenarnya hal tersebut sanagt berpengaruh bagi kita untuk tetap menjaga dan melestarikan eksistensi kultur sosial budaya bangsa indonesia, jangan jadikan budaya barat(dalam hal ini masuk melalui era globalisasi) sebagai patron pola berfikir, karena dari pola berfikir inilah nantinya perilaku kita dalam kehidupan sehari-hari secara akan tidak akan terpengaruh dengan pola kehidupan buddaya barat yang bebas. Tunjukkaan bahwa kita sebagi bangsa yang besarf dengan keaneka ragaman kultur sosial budaya mampu bersaing dengan mereka, dengan menerapkan pola fikir kritis.

NB : sampai kapan kita akan selalu dijajah oleh peradaban barat, kini saatnya untuk bangkit, buktikan kita mamapu!!!!

14 juni 2005 5 lewat 25 menit sore hari di ukm penelitian
Sebuah opini tentang :
Pengaruh globalisasi terhadap pola berfikir masyarakat indonesia

Era globalisasi kini telah merambah masuk di semua sektor kehiupan bangsa indonesia, yang pada akhirnya akan berdampak terhadap budaya berfikir masyarakat indonesia. Saat ini pola berfikir masyarakat indonesia yang cenderung (tidak seluruhnya) tlah banyak mengarah pada budaya-budaya barat yang notabane cenderung mencontoh pada perilaku yang negatif. Budaya tersebut tercermin dengan menjadikan budaya barat sebagai sebuah patron dari kemajuan peradaban berfikir manusia. Banyak saat ini generani muda yang meniru pola kehidupan barat, dengan berbagai gaya dan perilakunya yang negatif dalam kehiodupan sehari, atau saat ini dikenal dengan sebutan “anak gaul” dimanakan idedalisme kita saat globalisasi merambah masuk dalam sistem kehidupan kita, apakah ini bentuik dari memudarnya pola berfikir generasi muda sebagai penerus bangsa.

Era globalisasi memang tidak bisa di justification selalu membawa dampak yang negatif bagi kita, namun dalam hal ini menurut saya eksistensi dari globalisasi tersebut lebih dominan kearah negatif, banayk contoh kasus yang dapat kita temukan, yaitu : maraknya seks bebas dilalangan remaja , yang saat ini dianggap bukan hal yang tabu lagi, perkembangan poirnografi yang dengan kemajuan teknologi yang canggih banyak dikonsumsi oleh anak dibawah umur dengan bebas dan mudah, tingkat peggunaan obat-obat terlarang yang sanagt memperhatikan. Kita sebagai negara dunia ketiga dijadika objek pasar dari penjualan obet terlarang internasional.

Oleh karena itulah kitaa perlu membangun kemvbali pondasi pla berfikir kitya, sebagai pengemban tugas berat penerus cita-cita bangsa yang beradab sesuai dengan perilaku kita sebagai orang timur. Langkah awal yang harus dilakukan menurut saya adalah coba kita gali terlebih dahulu npotensi-potensi yang terdapat pada banga kita, masih banyak potensi yang belum kita gali, yang sebenarnya hal tersebut sanagt berpengaruh bagi kita untuk tetap menjaga dan melestarikan eksistensi kultur sosial budaya bangsa indonesia, jangan jadikan budaya barat(dalam hal ini masuk melalui era globalisasi) sebagai patron pola berfikir, karena dari pola berfikir inilah nantinya perilaku kita dalam kehidupan sehari-hari secara akan tidak akan terpengaruh dengan pola kehidupan buddaya barat yang bebas. Tunjukkaan bahwa kita sebagi bangsa yang besarf dengan keanekaragaman kultur sosial budaya mampu bersaing dengan mereka, dengan menerapkan pola fikir kritis.

Globalisasi budaya


Dampak Globalisasi Budaya Sosial Ekonomi

Dampak Globalisasi Budaya Sosial Ekonomi. Globallisasi dan kemiskinan melambangkan dua masalah yang paling mendesak dalam pembangunan internasional hari ini. Dampak Globalisasi Budaya Sosial Ekonomi jelas sangat terasa. Sementara proses globalisasi memiliki kapasitas potensi yang sangat besar untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan, kedalaman kemiskinan sosial yang ditemukan di banyak bagian dunia berkembang masih tidak dapat diterima.

Pendukung pro-globalisasi melihat proses globalisasi berubah menjadi tsunami yang merusak bangkai kapal yang sudah rendah, standar hidup rumah tangga yang rentan. Walaupun di seluruh dunia bergairah perdebatan tentang dampak globalisasi pada kaum miskin di dunia, hanya ada sedikit studi yang telah secara sistematis memeriksa berbagai mekanisme penularan melalui globalisasi yang pada akhirnya mempengaruhi masyarakat miskin dalam isi yang spesifik yang berbeda.

Dampak dari globalisasi entah itu Budaya Sosial Ekonomi, telah cukup adil di negara berkembang sampai batas tertentu. Ini membawa dengan itu berbagai kesempatan bagi negara-negara berkembang. Ini memberi perangsang untuk lebih akses ke pasar negara maju. Menjanjikan transfer teknologi yang lebih baik sehingga meningkatkan produktivitas dan standar hidup.

Dampak negatif dari Globalisasi juga telah dibuka berbagai tantangan seperti ketidaksetaraan di dalam negara yang berbeda, volatilitas di pasar keuangan terbuka muncrat dan ada memperburuk situasi di lingkungan. Lain aspek negatif dari globalisasi adalah bahwa sebagian besar negara-negara dunia ketiga menjauh dari seluruh pusat perhatian. Sampai tahun sembilan puluhan, proses globalisasi ekonomi di India telah dijaga oleh perdagangan, investasi dan hambatan keuangan.

Globalisasi produksi


GLOBALISASI PRODUKSI

 
 
 
 
 
 
2 Votes
Devania Annesya/ 070810535
devania.annesya@gmail.com
Fauzi Rochmad R./ 070810540
fa_love_yach@rocketmail.com
Ayu N. P. P/
070810709
cuppymarucha@yahoo.com
Rolando Virgin/ 070810528
virgin_mboys@yahoo.co.id
Rosa Longi Folia/ 070810518
thecutebones@yahoo.com
Zuhair Zubaidi
070710564
zuhair_hofs@hotmail.com
Perusahaan multinasional atau yang biasa disebut dengan MNC merupakan wajah yang paling umum dari fenomena globalisasi yang mana didefiniskan sebagai perusahaan yang beroperasi di dua atau lebih negara. MNC adalah sumber harapan dan janji bagi mereka yang mencari kontrol terhadap power globalisasi ekonomi dengan tujuan pembangunan dan juga sumber ketakutan dan oposisi bagi mereka yang memandang globalisasi sebagai ancaman bagi kedaulatan negara.
Bangkitnya Produksi Global
Tidak ada yang baru terkait investasi asing atau produksi internasional. Pada abad 16 perusahaan perdagangan ter-charter telah melakukan fasilitas produksi asing sebagaimana perusahaan pada abad-abad selanjutnya dengan alasan yang sama – internasionalisasi perusahaan sebagai alat mengekonomikan transaksi berkala yang terjadi di lokasi tertentu ataupun guna mengakses bahan mentah tertentu atau pasar.
Berdasarkan sejarah, produksi internasional bukanlah sesuatu yang baru namun merupakan sesuatu yang besar dan tingkat fragmentasi dalam rantai nilai global adalah baru. Ada beberapa cara dalam mengukur pertumbuhan produksi global. Salah satunya adalah mengukur peningkatan FDI. Singkatnya mayoritas FDI adalah konsolidasi aktivitas kerjasama – perusahaan besar diambil alih oleh korporasi yang lebih besar – yang merupakan peningkatan pasar global bagi perusahaan. Kendati FDI mrepresentasikan elemen penting produksi global, ia hanya mengukur produksi global yang terjadi di bawah kepemilikan asing dan mengabaikan produksioutsourcing. Singkatnya, outsourcing adalah rekolasi tugas dari satu perusahaan ke lainnya dan keduanya biasanya terpisah dalam kepemilikan (Sako, 2006: 503). Sayangnya sangat sulit menentukan nilai outsourcing dari data perdagangan umum. Satu kemungkinan cara adalah dengan mengukur perdangan barang intermediet (bukan barang mentah dan juga barang jadi).
Dalam globalisasi produksi politik memainkan peran kunci dalam perluasan. Liberalisasi perdagangan adalah syarat kritis bagi globalisasi produksi. Ketika batasan perdagangan tinggi, MNC akan berinvestasi ke luar guna mengakses pasar asing namun akan ragu ketika porsi relokasi rantai nilai harus terintegrasi dengan aktivitas global lainnya maka fragmentasi rantai nilai membutuhkan adanya barrier yang rendah tarif.
Salah satu dari perubahan yang terjadi adalah transportasi yang mana telah mengurangi biaya produksi dan memberi kemudahan untuk mendistribusi barang. Jika inovasi dalam hal pengiriman barang, yaitu dengan menggunakan kontainer-kontainer besar mengurangi secara drastis biaya transportasi, revolusi digital memungkinkan perangkat-perangkat komputer mendapat tempat dalam menunjang peradaban manusia dewasa ini, sampai tahun 1960-an perangkat komputer terdiri dari berbagai komponen independen yang terpisah, sehingga apabila terdapat terobosan teknologi pada salah satu komponen maka harus ada perubahan secara menyeluruh untuk membuat sebuah komputer yang sama sekali baru, yang mana dalam komputer tersebut komponen yang baru dapat cocok berfungsi dengan komponen-komponen yang lain, meskipun komponen yang lain tidak mengalami kemajuan berarti, metode semacam ini tentulah tidak praktis dan menghambat penyebaran masal dari perangkat elektronik, hal ini berubah pada tahun 1961 ketika IBM melakukan revolusi yang mana mereka membuat sebuah perangkat komputer yang terdiri dari komponen-komponen yang terintegrasi dalam sebuah sistem tertentu, pergantian komponen tidak membutuhkan pergantian sistem secara keseluruhan karena semua komponen-komponen yang ada dibuat dalam suatu desain khusus yang mana menjadi dasar dalam pembuatan komponen-komponen selanjutnya sehingga meskipun ada komponen yang baru, komputer tersebut dapat dipastikan tetap dapat berfungsi dengan baik jika komponen yang baru dipadukan dengan komponen-komponen yang lama, inovasi ini dapat diterima dan menyebar luas ke seluruh dunia sehingga semakin mendorong kemajuan teknologi karena banyak perusahaan-perusahaan elektronik lain yang juga mengadopsi inovasi tersebut, saat ini dicontohkan kita dapat memotret dengan kamera digital buatan Canon, memindahkannya untuk dilihat dalam komputer buatan Acer, dan mencetaknya dengan printer buatan Epson. Inovasi-inovasi dalam hal digital yang membantu tugas-tugas manusia, ditunjang oleh perkembangan metode komunikasi  untuk menyebarluaskannya inilah yang menjadi kunci dalam proses Globalisasi, disebutkan pula bahwa kemajuan tersebut mengubah metode produksi dimana saat ini proses produksi dapat terjadi di beberapa tempat yang berjauhan namun tetap terintegrasi dalam suatu kesatuan, pembuatan beberapa komponen dapat terjadi di suatu tempat, dan komponen-komponen yang lain dibuat di tempat lain selama produk yang dihasilkan masih di dalam standar yang ditentukan oleh perusahaan pembuatnya, hal ini dilakukan untuk memfasilitasi beberapa hal seperti ketersediaan bahan mentah, mendekatkan kepada konsumen yang dituju, atupun pajak industri yang lebih rendah, yang tentu saja faktor-faktor seperti ini tidak mungkin dilewatkan begitu saja oleh perusahaan yang berorientasi mencari profit, singkatnya proses produksi menjadi semakin bertambah efektif dan efisien seiring dengan perkembangan-perkembangan teknologi komputer, komunikasi, dan transportasi sehingga seakan-akan membuat jarak dan waktu bukan menjadi penghalang lagi untuk membuat produk-produk dengan kuantitas dan kualitas yang semaksimal mungkin untuk bersaing di pasar global.
Rantai Nilai Global: Tata Kelola dan Lokasi
Untuk memahami implikasi dari rantai nilai global, penting kiranya untuk memahami perbedaan antara tata kelola (bagaimana mengkoordinasikan aktivitas) dan lokasi (di mana melokasikan suatu tindakan). Kendati keduanya saling berhubungan dekat, mereka tetap harus dipisahkan dalam pengertiannya.
Tata Kelola
Istilah “governance” disini mengacu kepada bagaimana proses-proses produksi yang terfragmentasi tersebut dikoordinasi (Jessop 1998: 29). Disebutkan bahwa koordinasi yang baik diperlukan untuk membuat industri global dijalankan seakan-akan sebagai sebuah industri domestik, karena lebih mudah bagi suatu perusahaan untuk melakukan sendiri semua proses daripada jika harus bekerjasama dengan pihak lain, karena proses-proses dalam menjalin kerjasama dengan pihak lain diluar perusahaan tentunya membutuhkan biaya ekstra, belum lagi jika menyangkut kepercayaan dan persaingan. Bagaimana sebuah negara masuk kedalam ekonomi global juga penting, karena negara adalah faktor yang menentukan siapa saja yang mendapatkan keuntungan dari globalisasi dalam 3 aspek yang berbeda yaitu distribusi keuntungan diantara perusahaan-perusahaan, kapabilitas yang dapat dikuasai suatu perusahaan, dan besarnya pengaruh dari kebijakan yang dikeluarkannya. Yang pertama adalah distribusi keuntungan, dimana disini disebutkan barrier ekonomi dari negara mempengaruhi distribusi tersebut, barrier yang rendah akan menyebabkan berkurangnya keuntungan karena meningkatnya persaingan, begitu juga sebaliknya, disini perusahaan yang memiliki kelebihanintangible seperti desain, brand, dan marketing dapat terus menjaga posisinya dalam persaingan karena kelebihan-kelebihan tersebut tidak dapat dengan mudah ditiru atau disamai oleh perusahaan lain. Yang kedua adalah intervensi negara dapat mempengaruhi daya saing suatu perusahaan, hal ini dapat dicapai dengan meningkatkan fungsi yang dijalankan perusahaan, kompleksitas produk yang dihasilkan, ataupun meningkatkan teknologi yang digunakan dalam proses produksi.
Lokasi
Aktivitas di dalam rantai nilai global dapat diurus/diperintah dengan bidang mekanisme, mencakup koordinasi pasar, berbagai format koordinasi jaringan, dan koordinasi hirarkis. format penguasaan rantai nilai adalah suatu faktor penentu kunci bagaimana power dan laba dibagi-bagikan di antara para aktor kunci di dalam rantai nilai (value chain).
Menurut paradigma eklektik milik Dunning, perusahaan akan terlibat dalam FDI ketika ada keuntungan spesifikasi perusahaan, keuntungan spesifikasi lokasi, dan keuntungan internalisasi. Disini yang akan dibahas adalah kunci dimensi kedua dari rantai nilai yaitu spesifikasi lokasi. Keputusan tentang penguasaan suatu rantai nilai apakah itu masuk akal untuk membuat atau membeli produk dan jasa tertentu, sebagai contoh – tidak perlu berhubungan dengan keputusan tentang lokasi. Jika suatu perusahaan memutuskan bahwa hal tersebut dapat bersandar pada hubungan pasar kepada sumber masukan tertentu itu berarti bahwa hal tersebut lebih dapat ‘membeli’ daripada ‘membuat’, hal tersebut juga dapat meng-outsourcing produksi kepada perusahaan lain atau dapat dijalankan dengan  produksi lepas pantai oleh suatu perusahaan luar negeri.(Sako 2006: 503)
Pendekatan evolusioner ini menangkap kunci dinamika mengarahkan investasi asing di dunia yang mana kekuatan teknologi dan inovasi produk sangat terkonsentrasi serta perubahannya pun lamban dan tidak terduga tetapi Mitchell Bernard dan John Ravenhill (1995) mengatakan bahwa pendekatan-pendekatan ini memiliki beberapa kesulitan dalam menjelaskan ekonomi global di jaman kontemporer. Dan inilah yang pada akhirnya menjadi kelemahan dari pendekatan ini.
Cara lain untuk menjawab pertanyaan bagaimana lokasi dapat mengarahkan produksi global adalah dengan mempertimbangkan keuntungan-keuntungan yang dicari oleh sebuah perusahaan pada segala tempat. Beberapa dari keuntungan ini adalah jelas dan nyata seperti, sumber daya alam, pasar baru, tenaga kerja berupah ringan, tetapi mereka juga melibatkan faktor-faktor yang berhubungan dengan kultur, bahasa, atau politik dari daerah tertentu. Motivasi ‘the drivers’ (si pengarah) investasi merupakan salah satu bentuk keuntungan darilocation-specific dari paradigma eklektik milik Dunning.
Pendekatan tradisional dalam ekonomi politik di era kontemporer telah berfokus kepada nation-state, serta menjelaskan pendapatan ekonomi sebagai hasil hubungan antara institusi domestik, pola kebijakan industri, dan aktor sosial.
Poin terpenting dari perspektif produksi global adalah bahwa perusahaan multinasional mempunyai potensi untuk mengakses keuntungan-keuntungan dari semua sistem, dan dalam pelaksanaannya mereka dapat mengganti kerugiannya di rumah.
Walaupun institusi-institusi nasional adalah sangat penting dalam membentuk pola umum dari koordinasi ekonomi di dalam suatu ekonomi, suatu fokus eksklusif atas nation statemenyatakan unit analisa dapat mengaburkan sebanyak yang diungkapkan sebelumnya.
Gereffi dkk berargumen bahwa organisasi suatu rantai nilai global akan bertukar-tukar menurut kompleksitas transaksi inter-firm, tingkat derajat bagi kompleksitas ini dapat disusun, dan tingkat yang mana para penyalur mempunyai kemampuan yang diperlukan untuk menemukan kebutuhan para pembeli
Ketika mempertimbangkan penempatan bagian-bagian berbeda dari rantai nilai, perusahaan harus mempertimbangkan ongkos produksi serta kelemahan dan kelebihan yang kompetitif baik negara-negara maupun daerah.
China sebagai Pabrik Dunia
Tidak ada tempat yang lebih tepat untuk menganalisa trend-trend dalam produksi global selain China. Dalam jangka waktu tiga dekade sejak China memulai transisi terhadap ekonomi pasar, negara ini kemudian muncul sebagai dominator dalam sektor manufaktur dunia, dan dampak dari kesuksesannya sulit untuk dihiraukan. China memiliki dampak signifikan dalam harga input global yang kemudian digunakannya untuk membiayai pertumbuhan ekonominya.
Dampak dari China dalam kancah manufaktur dunia sangat sulit untuk tidak menjadi perhatian. Pada 2006, Amerika Serikat mencatat defisit perdagangan dengan China sebanyak $ 232,5 juta. Dari perspektif perusahaan multinasional, bagaimanapun juga, situasinya berbeda. Walaupun ini bukan common understanding, China adalah ’world’s factory’ dalam logika bahwa banyak sekali perusahaan-perusahaan dunia yang beroperasi di China; angka yang sungguh mengesankan bahwa China memiliki peran besar dalam perekonomian global. Negara ini  merupakan salah satu tujuan utama untuk Foreign Direct Investement global. China secara konsisten menarik lebih dari $ 50 juta dari investasi luar negeri per tahunnya, dan pada 2006 menerima lebih dari $ 63 juta di FDI. Perusahaan-perusahaan investasi luar negeri memainkan peran dalam industri manufaktur China, lebih dari separuh ekspor China adalah dari foreign – invested factories yang berproduksi di China. Konsumer mengambil keuntungan dari harga yang rendah dari barang-barang manufaktur yang diekspor dari China.
Pola investasi luar negeri di China merefleksikan interaksi komplek dari multiple levels lokasi dimana sebuah perusahaan multinasional beroperasi. Aliran investasi menunjukkan jalan terhadap integrasi dari perekonomian nasional di region. Nyatanya, lebih akurat bahwa China sebagai basis produksi regional daripada basis produksi nasional. Ketika China memulai reformasi ekonominy pada akhir 1970an, pendekatan pembangunan menekankan investasi luar negeri mengambil keuntungan dari mengijinkan pemimpin untuk menghindari isu ideologis yang sensitif untuk investasi di China. Zona ekonomi spesial berlokasi di propinsi seperti Hong Kong – merupakan sumber investasi utama selama 1980an – dan sebagai kebijakan yang terpilih untuk berekspansi hingga ke Jepang dan Korea.
Pada waktu yang sama, Asia Timur muncul sebagai perekonomian regional dengan jaringan manufaktur yang melintasi batas nasional, local economic cluster yang sangat penting untuk China. Perusahaan-perusahaan yang ada melakukan spesialisasi produk dan kemudian mampu mendominasi pasar dunia. Contohnya, 80 persen dari korek api metalik berasal dari Wenzhou, sebuah kota kecil di propinsi Zheijiang. Tidak jauh dari dari Zheijiang, kota Qiaotou, sekitar 700 kepala keluarga menjalankan perusahaan yang memproduksi sekitar 15 juta kancing dam 200 juta meter resleting per tahun – mereka adalah yang terbesar di dunia ( China News Digest 2006; Watts 2005). Kota Qingxi di selatan Dongguan menspesialisasikan diri pada produksipersonal computer dan telah menjadi bagian penting dalam produksi monitor, motherboard, keyboard, dan perangkat komputer lanilla. Formasi kluster seperti ini adalah bagian dari hal yang alamiah. Setelah reformasi dijalankan di China, pemerintah pusat memberi keleluasaan kepada pemerintah daerah untuk menentukan kebijakannya sendiri dan memberi mereka insentif fiskal untuk mensukseskan kebijakan tersebut.
Tekanan kompetitif yang memberi tekanan kepada integrasi regional dengan Asia Timur dan kesempatan untuk akses kepada manufaktur kelas dunia dalam berbagai kluster yang ada di China menghasilkan tekanan kuat pada national varieties of capitalism dari perusahaan-perusahaan multinasional yang berinvestasi di China. Karakter jaringan manufaktur Jepang misalnya dinilai yang paling dekat dibandingkan dengan Amerika Serikat.
Analisis
Investasi asing adalah bagian dari MNC, bagaimanapun itu hanyalah persenan dari “bongkah es” globalisasi produksi. Perusahaan-perusahaan seperti Nike dan Gap tidak memiliki pabrik asing yang memproduksi produk mereka, mereka menggunakan kontraktor yang bekerja sesuai spesifikasi mereka. Perusahan-perusahan tersebut mengkontrol rantai nilai global – rentetan aktivitas melalui teknologi beserta input material dan tenaga kerja dan kemudian dipasang, dipasarkan, dan didistribusikan (Gereffi dkk, 2005: 79) – dan sementara mereka memegang dan menggunakan kekuatan yang luar biasa, bukan merupakan hasil dari kepemilikan dari FDI (Foreign Direct Investment).
Rantai nilai global merupakan determinan yang penting bagi siapa yang mendapatkan apa, kapan, dan bagaimana dalam ekonomi global. Terdapat dua sisi dilematis bagi produksi global. Dari perspektif negara rumah (negara tempat asal perusahaan) pertanyaan kuncinya adalah apa yang akan terjadi jika produksi berpindah ke negara lain sebab perpindahan investasi akan berpotensi menyebabkan perpindahan pekerjaan, teknologi, dan profit antarbatas negara. Kemudian menciptakan ketakutan efek “hollowing out” yang mengarah pada aliran pekerjaan, teknologi, dan profit kepada negara lain yang tak dapat dikendalikan. Sementara dari negarahost (negara tempat perusahaan berada, arah tujuan FDI, dan outsourcing) yang menjadi pertanyaan adalah apakah mereka dapat menangkap aktivitas tambahan nilai tingi atau justru menciptakan ketergantungan pada MNC sementara mereka terjebak pada aktivitas bernilai rendah. Akankah MNC berkontribusi dalam jangka panjang pada ekonomi lokal atau justru menghalanginya.